Pages

Jumat, 10 Juni 2011

Study Makna Dzikir dalam Kepribadian Muslim (Perspektif surat Al-Ahzab Ayat 41-42)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
             Tentu setiap orang mendabakan ketenangan hati dan pikiran, tidak ada konflik batin dan pikiran tidak ada konflik batin dalam hidupnya, bisa tetap tegar, kuat, sabar, tawakal, dan tetap dapat tersenyum walaupun sedang dihimpit berbagai macam persoalan hidup yang berat dan berada dalam berbagai ketidak- mungkinan.
               Kita semua mengakui bahwa hati, pikiran, dan kehidupan kita setiap saat dapat berubah dengan cepat, yang kadang tanpa bisa kita kendalikan perubahannya, maka  membawakan kita pada suatu keadaan, baik itu keadaan yang menyenangkan atau kadang membawa kita pada keadaan yang tidak menyenangkan.
           Sebenarnya itu dapat kita atasi dengan suatu amalan yang sangat mudah kita lakukan, di mana saja, kapan saja, setiap saat, setiap waktu, yaitu zikir. mengapa zikir karena, dengan membiasakan hidup berzikir, kita akan mendapatkan ketenangan, bahkan saat yang paling sulit sekalipun dengan berzikir kita akan mempunyai keyakinan yang mendalam terhadap janji-janji Allah, dan hal tersebut akan membuat kondisi mental kita menjadi sangat mantap dan setabil dalam menghadapi situasi apapun. (Ilham: 2010 hal : 12-13)

             Zikir berasal dari pecahan kata dzakara, yadhkuru, dkiran? Dari kata tersebut secara bahasa (lughat) memiliki beberapa arti, seperti : meyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran dan seterusnya. (Mafa, 2009 : 18)
             Dengan selalu berzikir, akan menumbuhkan keyakinan yang sangat kuat dalam diri kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya pemberi jalan keluar yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, menggenggam segala sesuatu, hingga mampu mengusir semua perasaan cemas, gelisah, kesedihan, dan kekecewaan atas semua yang kita alami. Dengan selalu berzikir, hati dan pikiran kita akan menjadi tenang, meskipun disaat kita sedang terhimpit berbagai ketidakmungkinan. seperti termaktub dalam firman Allah swt. Surah Ar-Ra’du ayat 28 :

tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% Ìø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& Ìò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$#  
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengigat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengigat Allahlah hati akan menjadi tentram.”(Depag RI, 2006:252)

             Apabila kita selalu berzikir, maka kita akan mempunyai keyakinan yang kuat dan mendalam kepada Allah. hinga sampai pada titik ketika kita benar-benar menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan, pertolongan dan cinta, kerinduaan dan tujuan dari setiap aktifitas dan amal ibadah yang kita lakukan.
            Selain itu, zikir juga merupakan perintah Allah dan bukti ketaatan kita kepadaNya. Firman  Allah swt dalam surah Al-Ah-zab Ayat : 41-42. (Ilham: 2010 hal : 13-14)
            Zikir artinya mengingat (recollection). Adapun yang dimaksud di sini adalah mengingat Allah, Tuhan pencipta alam. Biasanya zikir dihubungkan dengan menyebut-nyebut nama Allah. Tetapi dalam artinya yang lebih umum, tindakan atau perbuatan apapun yang bisa mengingatkan kita kepada sang pencipta adalah zikir. Oleh karena itu, dalam arti ini zikir bisa mengambil bentuk menyebut-nyebut nama Allah, tadabbur, dalam arti mengeksplorasi ciptaan Tuhan, dan tafakkur, dalam arti merenungkan segala ciptaan, kebaikan dan keagungan Tuhan yang ditemukan di dalamnya, sejauh kegiatan-kegiatan tersebut bisa mengingatkan pelakunya kepada Allah. (Kartanegara, 2006 : 252)

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx.   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur 
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada  Allah, dengan mengingat   (nama-Nya)sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang.(Depag RI, 2006:423 ).

           Banyak ayat Al-qur’an dan hadits yang memerintahkan manusia untuk memperbanyak  zikir. karena zikir menghubungkan jiwa manusia dengan Allah dan menjadikanya selalu merasakan kehadiran Allah swt. Memang? zikir yang paling jelas adalah shalat, setiap ucapan, gerak, bahkan detak detik hati, hendaknya tertuju kepadanya. bahkan sementara ulama’ memahami kata zikir pada surat Al-ahzab ayat 41-42 ini dengan shalat. Pendapat ini ada benarnya karena memang ditemukan banyak ayat yang mengunakan kata tersebut dalam arti shalat, bahkan Rasul saw. bersabda :
Seorang suami yang membangunkan istrinya dimalam hari untuk shalat dua raka’at,mereka berdua pada malam itu telah termasuk kelompok orang-orang lelaki dan   prempuan yang berzikir banyak” (HR.Abu daud,an-Nasa’i dan Ibnu Majah)


            Namun demikian, kita tidak harus membatasi zikir hanya pada shalat, tetapi setiap aktifitas yang dapat mengingatkan seseorang tentang kehadiran dan kebesaran Allah. (Sihab 2009 : 494-495)
             Kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lain. Sedangkan menurut W. Stern kepribadian adalah suatu kesatuan, yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat khusus individu, yang bebas menentu dirinya sendiri. ( Jalaluddin, 2007:179).
            Dari pemaparan permasalahan di atas, maka penulis memberikan judul skripsi ini yaitu STUDY TENTANG MAKNA ZIKIR DALAM KEPRIBADIAN MUSLIM (PERSPEKTIF  SURAH AL-AHZAB AYAT 41-42)



B.   Fokus Masalah
           Berpijak pada fokus masalah yang telah penulis paparkan di atas, maka pembatasan obyek bahasan dalam mengkaji permasalahan ini dirasa perlu agar tidak melebar telalu luas dan dapat lebih terfokus, terarah dan terukur pada permasalahan yang diangkat. Untuk itu perlu dirumuskan sebuah rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep zikir dalam surah Al- ahzab ayat 41-42
2. Bagaimana konsep zikir dalam kepribadian muslim
    
C. Tujuan  dan Manfaat Penelitian
            Disamping latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian skripsi ini juga mempunyai tujuan, yaitu :
1.      Untuk mengetahui konsep zikir dalam surat Al-ahzab  ayat 41-42.
2.      Untuk mengetahui dalam kepribadian muslim.
             a. Secara Teoritis
   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan
   memperkaya  khazanah keilmuan dalam bidang ketaqwaan pada kepribadian
   muslim.
  b. Secara Praktis
   Penelitian ini diharapkan dapat bisa mengamalkan sikap-sikap kepribadian
   muslim  yang hakiki dalam mengingat Allah.
D. Batasan Istilah
            Untuk menghindari kekaburan pemahaman isi dari skripsi ini, maka terlebih dahulu perlu adanya penegasan judul agar pembahasan skripsi ini tergambarkan secara terang dan gamblang serta untuk menghindari suatu hal yang tidak diinginkan. Adapun yang perlu penulis tegaskan adalah sebagai berikut :

Makna zikir           
            Pelajaran yang membahas tentang berzikir dan bertasbih kepada Allah sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang. dan dengan zikir  Allah akan memberi rahmat kepadamu, dan para malaikat memohon ampun untukmu, supaya Allah mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya terang.

     Kepribadian muslim
          Menyerahkan diri, tunduk,  patuh, dalam melakukan perilaku yang baik agar kehidupannya bersih lahir dan batin yang pada giliranya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat.

E.  Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
  Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakan pendekatan normatif. Sedangkan jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian perpustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian dilakukan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran dan mencari kembali suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. (Satori dan Komariah, 2010:18)
   2. Sumber Data dan Jenis Data
     Sumber data utama dalam penelitian ini adalah dokumen dan buku-buku yang berkenaan dengan penelitian tersebut. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi  ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan sumber-sumber data lain yang mendukung.
       Walaupun dikatakan bahwa sumber utama adalah buku atau konsep yang diambil langsung dari sumber aslinya, jelas bahwa hal ini tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, sumber data dari arsip, dokumen pribadi. (Maharani, 2010:8)
         Karena penulisan ini bersifat literatur, maka data penelitian ini penulis menggunakan berbagai suber analisis yang diantaranya :
a.  Sumber data primer adalah sumber data utama yang berkaitan langsung
     dengan tema.
       Adapun sumber data primer dalam karya ilmiah ini adalah:
1). H.Ismail Nawawi “ Risalah Zikir Dan D’oa “ 2008, Surabaya: Karya 
     Agung
2). Muhammad Arifin Ilham “ Dahsyatnya Zikir “ 2010, Jakarta Timur:
    Zikrul hakim
3). Mujaddidul Islam Mafa “ Menyibak Kedasyatan Zikir” 2009, Surabaya:
      Lumbung Insani
4). Agus Mustofa, “ Dzikir Tauhid” 2006, Surabaya: Padma Press
5). Abdul Mujib “ Kepribadian dalam Psikologi Islam” 2007, Jakarta: PT
     Rajagrafindo Persada
6). Prof. Dr. H. Jalaluddin, “ Psikologi Agama“ 2007, Jakarta: PT      
     Rajagrafindo Permai
a.  Sumber data sekunders adalah sumber data pendukung atau pembanding  
     untuk   memperluas dan memperdalam analisis.
     Adapun sumber data skunder dalam karya ilmiah ini adalah:
1). Ibnu Qayyim Al-Jauziyah “ Madarijus salikin “ 2008, Jakarta Timur:
      Pustaka Al-Kausar
2). M.Quraish Shihab, “Tafsir Al – Misbah” 2009, Jakarta: Lentera Hati
3). Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, “Tafsir Al-Azhar”,
4). Syaikh M Abdul Athi Buhairi,“Tafsir Ayat-ayat Ya Ayyuhal Laziina  
     Amananuu 2” 2005, Cipinang Muara Raya: Pustaka Al-Kausar
5). Ibnu Qayyim Al- Jauziyah, “ Zikir Cahaya Kehidupan “2005, Jakarta:
     Gema Insani
6). Syamsul yusuf ,“Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja“2009,
      Bandung: Remaja Rosdakarya
7). Imam Jalaluddin Al-Mahalli-Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir  
     Jalailain”2010, Bandung: Sinar Baru Algensindo
8). Agus Mustofa, “ Dzikir Tauhid”2006, Surabaya: Padma Press
9). H. Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”2008, Jakarta: Kalam Mulia
10). Zakiah Daraddjat, “ Ilmu Pendidikan Islam”2009, Jakarta: Bumi Aksara
3. Teknik Pengumpulan Data
             Dalam teknik pengumpulan data ini penulis menggunakan metode     pencatatan dan mencatat yang diambil dari sebuah buku dan dokumen.
Adapun langkah-langkahnya yaitu :
a.       Inventarisasi data
b.      Memilih dan mengklasifikasi data
c.       Menelaah isi dari data
d.      Mencatat dan mengelompokkan hasil telaah.
              Berarti dalam  pengumpulan data hanya berkisar pada buku atau dokumen yang mengambil sub-sub yang sesuai dengan penelitian.                                                                                                          
       4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti menganalisis data-data tersebut. Dalam operasionalnya, penganalisaan data ditempuh tahap-tahap sebagai berikut :
a.       Mengelompokkan seluruh data dalam satuan-satuan sesuai dengan masalah yang dibahas.
b.      Menghubungkan data dengan teori yang sudah dikemukakan dalam tinjauan pembahasan.
c.       Menelaah data yang terkumpul dari berbagai sumber baik data primer maupun data sekunder.
d.      Mengambil kesimpulan dari data-data yang dianalisis dengan memperhatikan rumusan masalah. (Maharani, 2010:11)
Dari empat point di atas, peneliti menggunakan beberapa metode antara lain :
a.       Deskripsi, yaitu peneliti menguraikan fenomena secara teratur, lengkap dan terfokus sehingga menghasilkan uraian yang jernih (jelas) dan tepat.
b.      Content Analisis, yaitu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik peran dan dilakukan secara objektif dan sistematis. (Maharani, 2010:11)
F. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan ini tidak keluar dari arah pembahasan, maka penulis merangkai sistematikanya. Adapun sistematika penulis ini terdiri dari lima bab yaitu:
BAB I : Merupakan pendahuluan yang meliputi beberapa sub pembahasan tentang
               konteks penelitian, fokus masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan   
               istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB I I :  Pada bab ini membahas tentang kajian tafsir  tentang pengertian makna  
                 zikir.

BAB III :  Dalam bab ini membahas tentang  pengembangan teori  yaitu tentang
                  konsep   kepribadian muslim.

BAB  IV : Pada bab ini penulis akan menganalisis landasan teori Surat Al-Ahzab    
                  ayat  41-42 dengan beberapa penafsiran-penafsiran para Mufassir yang
                  berkenaan  dengan jalan   menuju ketaqwaan.

BAB  V  : Bab ini merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi ini yang terdiri
                 dari kesimpulan yang   merupakan jawaban dari rumusan masalah dan
                 disertai dengan   Saran-saran yang berkaitan dengan Study Tentang
                 Makna  Zikir dalam Kepribadian Muslim (Persfektif Surat Al-Ahzab 
                 Ayat 41-42).






BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Makna Zikir
              Sebelum berbicara mengenai apa itu zikir, terlebih dahulu dilihat dari definisi masing-masing, zikir ditinjau dari segi bahasa (Lughatan) atau etimologi, adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah. Menurut syaikh Ahmad Fathani mengatakan zikir asal mulanya diartikan bersih (As-shafa),Wadahnya adalah menyempurnakan (Al-wafa), dan syaratnya adalah hadir dihadiratNya (Hudhur), harapannya adalah amal shaleh, dan hasiatnya adalah terbukanya tirai rahasia atas kedekatanya kepada Allah SWT. (Nawawi, 2008 : 104).
               Zikir berasal dari pecahan kata dzakara, yadhkuru, dkiran. Dari kata tersebut secara bahasa (lughat) memiliki beberapa arti, seperti : meyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran dan seterusnya. (Mafa, 2009 : 18).
              Zikir artinya mengingat (recollection). Adapun yang dimaksud di sini adalah mengingat Allah, Tuhan pencipta alam. Biasanya zikir dihubungkan dengan menyebut-nyebut nama Allah. Tetapi dalam artinya yang lebih umum, tindakan atau perbuatan apapun yang bisa mengingatkan kita kepada sang pencipta adalah zikir. Oleh karena itu, dalam arti ini zikir bisa mengambil bentuk menyebut-nyebut nama Allah, tadabbur, dalam arti mengeksplorasi ciptaan tuhan, dan tafakkur, dalam arti merenungkan segala ciptaan, kebaikan dan keagungan Tuhan yang ditemukan di dalamnya, sejauh kegiatan-kegiatan tersebut bisa mengingatkan pelakunya kepada Allah. (Kartanegara, 2006 : 252)
  Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa zikir adalah suatu pengertian/pemahaman bahwa zikir adalah bentuk ucapan lisan, gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan oleh agama dalam rangka mendekatkan diri (mengtaqarrubkan) kehadiran Allah Swt; upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah Swt. Dengan selalu ingat kepadanya; keluar dari suasana lupa, masuk ke dalam suasana musyhadah (saling menyaksikan) dengan mata hati akibat didorong rasa cinta yang mendalam kepada Allah Swt. (Mafa, 2009 : 18)
     Secara definitif zikir diformulasikan sebagai berikut :
·         Menurut pendapat imam Al-Ghazali (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad : 2004,426), dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin mengatakan bahwa zikir untuk mendapatkan ilmunya ma’rifat didasarkan atas argumentasi tentang peranan zikir itu sendiri bagi hati. Selanjutnaya di jelaskan hati manusia itu tak ubanya seperti kolam yang di dalamnya mengalir bermacam-macam air. zikir kepada Allah adalah hiasan bagi kaum sufi yang merupakan syarat utama bagi orang yang menempuh jalan Allah.
·         Imam Athaillah Al-Iskandary (1995,507,508) dalam kitabnya Al-Hikam dikatakan zikir menurut ajaran Thariqat haruslah dilakukan menurut penglihatan hati atau batin dan timbul pimikiran yang paling dalam. dan selanjutnya dikatakan tidak akan terjadi zikir kecuali timbul dari pemikiran dan penglihatan batin.
·         Pendapat lain diungkapkan oleh Ibnu Qadamah (1997,59) dalam kitabnya Minhajul Qashidin mengatakan bahwa “tidak ada ibadah yang lebih utama bagi lidah setelah membaca Al-Qur’an selain dari zikrullah segala kebutuhan melalui do’a yang tulus kepada Allah SWT”. (Nawawi, 2008 : 106).
Dasar dan sumber zikir tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits antara lain  sebagai berikut :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx.    çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur 
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada  Allah, dengan mengingat  
(nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi
dan petang.(Depag RI, 2006:423 )

                   Allah Swt menyuruh hamba-hambanya yang mukmin agar memperbanyak zikir dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Suci yang telah mengarunia mereka dengan berbagai karunia dan bermacam-macam nikmat. (Said Bahresisy, dkk, 2006:322).
          Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Darda:
ألا أنبءكم بخير أعما لكم وازكا ها عند ماليكم وارفعها في درجا تكم وخير   لكم من أعطاء الذ هب والورق وخير لكم من أن تلقوا عدو كم فيضربوا أعنا قهم وتضربوا أعنقكم قلوا وما هو يارسول الله قال : ذكر الله عز وجل
Maukah kamu aku beri tahu tentang sesuatu amal yang terbaik, yang tersuci  di sisi tuhanmu yang tertinggi derajatnya, dan yang lebih baik bagi kamu dari pada pemberian emas dan perak dan dari pada kamu menemui musuh-musuhmu memenggal leher mereka dan dipenggal lehermu?”. Maka bertanyalah para sahabat: “Apakah itu, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: Yaitu zikir dan ingat kepada Allah Yang Maha Agung dan Perkasa”.

QS. Al-Imran ayat 191:
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# 

“(Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya tuhan kami,tiadalah engkau menciptakan semua ini sia-sia. maha suci Engkau, maka lindungilah kami dari siosksaan api neraka.(Depag RI, 2006:75).

             Ibnu Qayyim berkata dalam Madaarij As-Salikin, zikir ibarat bekal utama bagi kaum yang besar, yang dengannya mereka mencari keuntungan, dan dengannya mereka mengulang-ulangnya, zikir berkaitan erat dengan kekuatan hati suatu kaum, jika seseorang meninggalkannya maka jasad seakan-akan menjadi sepi seperti kuburan.
            Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah pernah ditanya, ”Ibadah apa yang paling utama derajatnya di sisi Allah kelak pada hari kiamat?  “Beliau menjawab, ”Orang-orang yang banyak berzikir kepad allah. ”saya bertanya, ”Wahai Rasulullah, dari pada berperang di jalan Allah? ”Beliau menjawab, ”walau seseorang menebaskan pedangnya pada orang-orang kafir dan musrik hingga patah dan berlumuran darah, niscaya zikir kepada Allah lebih utama darinya satu derajat. ”( HR.Tarmidzi (3298),  Ahmad (11295), Ibnu Sunbi, dan Baihaqi). (Alhasan, LC 2009 : 397)
                  Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Musa Ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda :
  مثل الذي يذكرربه والذي لايذكرربه مثل الحي والميت
“Perumpamaan orang yang menyebut Nama Rabbnya dan orang yang tidak 
  menyebut nama-Nya , seperti orang  hidup dan orang yang mati”

                 Maka dari itu, wahai orang yang membenarkan ajaran islam, ketahuilah bahwa zikir kepada Allah telah menumbuhkan dalam jiwa kaum mukmin kekuatan yang memeranggi dan mempengaruhi kehidupannya, sedangkan orang tidak mau berzikir akan menjadi bodoh, sesat, dan layaknya orang yang mati.
              Allah telah menghiasi lisan orang-orang yang mau berzikir, sebagaimana menghiasi seseorang yang melihat dengan cahaya, sedangkan orang tidak berzikir, seperti mata yang buta, telinga yang tuli, tangan yang lemah, dan dzikir adalah obat penawar hati.
             Ibnu Qayyim berkata,”Setiap anggota badan, biasa beribadah Mu’aqqatah (sementara), sedangkan zikir merupakan ibadah hati dan lisan yang tidak sementara, bahkan kaum mukminin diperintahkan untuk mengingat kepada sesembahannya dan tuhan nya dalam setiap keadaan. zikir dalam konteks ini ada dua zikir dengan lisan dan zikir dengan hati.
            Zikir lisan bisa mendorong seseorang untuk melanggengkan zikir hati, sedangkan barang siapa yang berzikir dengan lisan dan hatinya sekaligus maka dia termasuk orang yang sempurna. karena zikir yang paling utama adalah yang dilakukan dengan lisan dan hatinya sekaligus. Makna zikir sendiri bukan berarti seseorang harus duduk di masjid kemudian bertasbih, bertahmid, dan bertahlil, kemudian membaca wirid-wirid, istighfar dan shalawat kepada Rasulullah. melainkan zikir lebih luas dari sekedar makna itu. Seorang petani yang menyangkul sawahnya, menyiram tanamannya, dan menanaminya, jika ia mempunyai keimanan, ikhlas, dan yakin bahwa yang menanam sesungguhnya adalah Allah, maka dalam keadaan yang demikian itu, ia termasuk orang yang berzikir dan orang yang ikhlas. (Buhairi 2005:131).
             Terkait dengan fungsi zikir, imam al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum Addin” menjelaskan bahwa dengan  zikir hati menjadi tenang, zikir juga bisa mendatangkan ilham, menghalangi ruang gerak setan sehingga setan menjauh dari hati manusia dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan ilham ke dalam hati manusia. Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan  bahwa zikir  adalah rukun  (tiang) yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah  swt,  atau bahkan saka  guru tarekat  mengatakan bahwa seseorang tidak akan bisa sampai kepada Allah tidak menjalankan zikir secara tetap. (http://makalah-stid.blogspot.com/2009/12/zikir-sama-dan-fana.html)bila
B. Ruang Lingkup Zikrullah
              Termasuk Pengertian dan ruang lingkup zikir /mengingat Allah Swt. antara lain dengan menegakkan shalat, baik yang fardhu maupun yang tathowwu, bertaubat kepada Allah, beristighfar, memikirkan/merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah, mencari rezeki dengan niat yang baik dan halal, membaca kalimat takbir (Allaahu Akbar), kalimat tahil (Laa ilaaha illallaah), kalimat tasbih (Subhaanallah), kalimat tahmid (alhamdulillah). Pendek kata, segala kegiatan dan aktivitas untuk selalu inggat kepada Allah sehingga terjalin dan terpatri hubungan yang harmonis antara hati dan jiwa seorang hamba dengan dekat yang menciptakan segala makhluk di alam maya ini. (Mafa, 2009 : 19)
          Dalam al-qur’an surat Ali- Imran Ayat 189-191 Allah berfirman :
¬!ur Ûù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« íƒÏs% ÇÊÑÒÈ   žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
 “Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam Penciptaan langit dan bumi, dan pergantian  malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langgit dan bumi  (seraya berkata ): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau, Maka Periharalah Kami dari Siksaan Neraka”. .”(Depag RI, 2006:75).
Semua manusia ingin hidup bahagia mencapai kesempurnaan, tetapi kita harus sadar bahwa kesempurnaan yang hakiki hanya milik Allah SWT. Manusia memiliki beragam potensi dan bakat yang implementasinya adalah untuk saling melengkapi guna menuju kesempurnaan. Salah satu metode Islam dalam membentuk kesempurnaan hidup adalah dengan cara zikir.
     Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 152 :
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ  
“Maka ingatlah kalian kepadaku maka aku akan ingat kepadamu dan bersyukurlah kepadaku dan jangan  kamu berbuat ingkar”(Depag, 2006 : 23)
Menurut Drs.Quraisy Syihab dalam khazanahnya yang berjudul “Tasawwuf Sebagai Kritik Sosial / tasawuf as critic social,” memaparkan bahwa ayat tersebut sering sekali dikutip namun dalam pengamalannya agak susah. Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa dalam setiap tarikan nafas dan kesadaran manusia seyogyanya selalu menempatkan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir. Artinya manusia dapat mengingat Allah SWT di mana saja dan kapan saja selama ia masih berada di atas bumi Allah.                
Kita sendiri sering melihat bermacam-macam ekspresi manusia dalam mengingat Allah, ada yang menangis, berdiam diri, menyanyi, menari dan ada pula yang melalui bertutur kata.
      Dalam konteks zikrullah ini, kepribadian  umat Islam tidak lepas dari 3 hal yaitu do’a, wirid dan zikir. Do’a adalah permintaan atau permohonan sesuatu kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akherat .Wirid adalah bacaan-bacaan tertentu untuk mendapatkan aliran barokah dari Allah, dan Zikir adalah segala gerak gerik dan aktifitas yang berobsesi pada kedekatan/taqorrub kepada Allah. melafadkan / melafalkan kata-kata tertentu yang mengandung unsur ingat kepada Allah juga termasuk zikir.
             Zikir sangat penting karena dalam pandangan kesufian ia merupakan langkah pertama cinta kepada Alloh. zikir merupakan bentuk komitmen dan kontinuitas untuk meninggalkan kondisi lupa kepada Allah. zikir ditujukan untuk memasuki wilayah musyahadah (persaksian) dan untuk mengalahkan rasa takut bersamaan dengan rasa kecintaan yang mendalam. zikir dapat juga dimaknai dalam pengertian “berlindung kepada Allah”. Dapat juga dikatakan zikir adalah upaya mengingat  Allah yang dapat dilakukan dengan diam-diam atau bersuara.
    Ada dua macam zikir :
1.      ذكر باللسان yaitu mengucapkan sejumlah lafadz yang dapat menggerakkan hati untuk mengingat Alloh. zikir dengan pola ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dan tempat-tempat tertentu pula misalnya zikir di masjid sehabis sholat maktubah, atau semacam tahlilan dan lain sebagainya.
2.      ذكربالقلب  yaitu keterjagaan hati untuk selalu mengingat Alloh, zikir ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, tidak ada batasan ruang maupun waktu. Pelaku ahli sufi lebih mengistimewakan zikir dengan macam ini. Karena implikasinya yang hakiki, meskipun demikian sang zikir (orang yang berzikir) dapat mencapai kesempurnaan apabila ia mampu berzikir dengan lisan sekaligus dengan hatinya.
             Pada tahap awal pengucapan zikir memang terasa sebatas lisan, ini bukanlah  suatu yang buruk, hanya saja seorang perlu meningkatkan kualitas zikirnya hingga benar-benar mengantarkanya pada kondisi musyahadah atas kesucian dan keagungan Allah SWT. Kontinuitas zikir mampu membawa  manusia pada satu tahapan yang di dalamnya persaksian terhadap Allah, memenuhi wilayah hati. Pada tahap ini zikir tidak lagi berada di wilayah kesadaran tetapi juga masuk pada wilayah ketidaksadaran, proses zikir pun berjalan dikala terjaga (sadar), tidur, pingsan, mati suri, bahkan pada saat sakarotulmaut saat menghadapi kematian.
Dengan demikian orientasi zikir adalah pada penataan  hati atau qolbu. Qolbu atau hati memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena baik atau buruknya aktifitas manusia sangat bergantung pada kondisi hati.
Konsepsi zikir yang telah tersebut di atas menunjukan bahwa zikir merupakan pelatihan hati untuk bermusyahadah kepada Alloh. Musyahadah akan membawa manusia kedalam makna dan nilai kehidupan. Hilangnya musyahadah akan membawa manusia kedalam krisis, mulai dari krisis social, krisis structural, hingga krisis moral. di sinilah peran zikir yaitu memacu manusia untuk bertindak berdasarkan kemanfaatan dan kemaslahatan.
Abu Ma’ruf al Karkhi seorang ulama sufi mengatakan bahwa hidup yang hakiki adalah kepedulian terhadap yang hakiki  dan berpaling dari kepalsuan, jika demikian segala rupa tindakan lahir membutuhkan kejujuran, profesionalisme, serta berorentasi pada kemaslahatan umat manusia.
Dalam konteks ini, kita bisa melihat sosok pribadi  sempurna seperti Umar bin Abdul Aziz yang layak disebut sufi dan sekaligus pemimpin Negara (kholifah) yang berkualitas dan berhasil menjadikan kekuasaanya lebih bermakna bagi kehidupan masyarakatnya, contoh lain Jabir Ibnu Hayyan seorang sufi sekaligus ilmuan. Fariduddin Al Atthor seorang sufi dan juga pengusaha. Artinya semua ini apa? Bahwasannya kesufian seseorang tidaklah menghalangi aktifitas sehari-harinya sebagai manusia biasa yang membutuhkan pemenuhan hidup dan perjuangan membangun cita-cita manusia, baik itu menjadi presiden, duduk di parlemen, pemborong, pebisnis, karyawan dan sebagainya.
Kenyataan ini bukanlah suatu yang ganjil sepanjang manusia mampu menjaga jarak keseimbangan antara ilmu, amal dan kebersihan batin (تصوية القلب) sebagaimana yang ditegaskan dalam Al qur’an
zNn=÷èuÏ9ur šúïÏ%©!$# (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# çm¯Rr& ,ysø9$# `ÏB šÎi/¢ (#qãZÏB÷sãŠsù ¾ÏmÎ/ |MÎ6÷çGsù ¼ã&s! öNßgç/qè=è% 3 ¨bÎ)ur ©!$# ÏŠ$ygs9 tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÎÍÈ      
 “Dan agar orang-orang yang diberi ilmu meyakini bahwa sanya (Al qur’an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadaNya. Dan sesungguh Alloh pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus” (QS. Al Hajj : 54, Depag, 2006:338)
            Walhasil, zikir dapat membimbing seseorang untuk beraktifitas dengan hatinya, zikir akan mempersembahkan hati manusia sebagai tempat suci yang di dalamnya alam semesta menjelma sebagai bukti-bukti kehadiran Allah, kapan saja dan di mana saja.(hhtp://Manfaat zikir alam ehidupan _ alhikmahdua.net.htm)
C. Anjuran dan Keutamaan Zikir
             Banyak ayat al-Qur’anyang memberi ajuran kepada kaum mukmin untuk berzikir kepada Allah. Allah berfirman :
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr&
Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu.”(Al-Baqarah:152, Depag RI, 2006:23).


             Seseorang dalam majlis ilmu berkata, “saya tahu kapan Allah mengingatmu, ”Kemudian dengan keheranan jama’ah bertanya, ”Kapan Allah mengingatmu? ”Ia kemudian membaca ayat,”Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu.”
                   Seakan – akan jika engkau mengingat Tuhanmu, maka pada saat itulah Dia akan mengingatmu? Padahal engakau adalah seorang hamba yang lemah, hina, dan penuh dosa. Namun,  jika engkau mengingat Tuhanmu Yang Maha Mulia dan Maha Besar, maka dia akan mengingatmu. Benar, untuk menguatkan hal ini sebuah Hadis Qudsi menjelaskan,
انا عند ظن عبد ي بي و انا معه إذا ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكر ني في ملآذكرته في
ملأ خير منه

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba ku, dan Aku bersamanya jika ia berzikir kepada ku, jika ia berzikir kepada ku di jiwanya, maka Aku akan mengingatnya dijiwa ku. Jika ia berzikir kepada ku di semua tempat, maka Aku akan mengingatnya di semua tempat yang lebih baik dari zikirnya.”

Sahl bin Abdullah berkata, “Tiada hari kecuali Allah Ta’ala menyeru, hamba ku janganlah berpaling dariku! Aku mengingatmu, tapi kamu melupakanku? Saya mengundangmu agar kamu menghadap kepadaku, tetapi kamu berpaling dan pergi kepada yang lain, apa yang kamu katakan besok jika kamu mendatangiku. (Buhairi, 2005 : 134)
            Allah menyebutkan keberuntungan orang-orang yang mau berzikir,” berzikir sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”zikir juga merupakan penyebab mendapatkan ampunan pahala yang besar dari Allah Ta’ala.
šúïÌÅ2º©%!$#ur ©!$# #ZŽÏVx. ÏNºtÅ2º©%!$#ur £tãr& ª!$# Mçlm; ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $VJÏàtã ÇÌÎÈ  

Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(Al-Ah-zab: 35) .”(Depag RI, 2006:422).

              Orang-orang yang membiasakan berzikir kepada Allah, mereka itulah orang yang belomba-lomba untuk mendapatkan kebahagian di hari akhirat.( Buhairi, 2005:135)
                Dalil-dalil keutamaan zikir disebutkan banyak sekali dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah firman Allah, QS.Al-Baqarah:186 :
#sŒÎ)ur y7s9r'y ÏŠ$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=ƒÌs% ( Ü=Å_é& nouqôãyŠ Æí#¤$!$# #sŒÎ) Èb$tãyŠ ( (#qç6ÉftGó¡uŠù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 šcrßä©ötƒ ÇÊÑÏÈ  
                     
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah ku) dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran,”(Depag:2006: 28)

               Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh, dan lainya dari bebrapa jalur (sanad), dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah As-Sajastani, dari As-shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari kakeknya, “Ayat di atas turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada nabi saw. Yang bertanya, ‘Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat bermunajat kepadanya, ataukah dia jauh sehingga kami harus menyerunya?’Nabi saw. terdiam hingga turunlah ayat ini (Q.s. al-Baqarah : 186) sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut’. (Al-Ghazali, 2008:175) 
Keutamaan zikir dalam kehidupan sehari-hari :
1.      Zikir dapat mengusir setan dan melindungi orang yang berzikir dari ganguan setan.
2.      Zikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, defresi, perasaan takut,  cemas dan khawatir.
     Apabila seseorang lupa dari zikir, ia akan mudah dihinggapi perasaan takut dan cemas. Bila ia berzikir, semuanya akan menjauh karena zikir dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian, dan kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah  swt. dalam firmanNya QS. Ar-Ra’du ayat 28 sebagai berikut:
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% Ìø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& Ìò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$#  
Yaitu Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengigat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengigat Allah-lah hati menjadi tenang.(Depag RI, 2006:252)

3.      Zikir menghapus dosa dan menyelamatkanya dari azab Allah karena zikir merupakan suatu kebaikan yang besar dan kebaikan menghapus dosa dan menghilangkannya.
            Tentunya hal ini dapat menyelamatkan orang yang berzikir dari azab Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.“ Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari azab Allah, yaitu dengan zikrullah.”(HR. Ahmad).
4.      Zikir menghasilkan pahala, keutamaan, dan karunia Allah.
Zikir adalah amalan yang paling mudah dilakukan; dan zikir merupakan amalan ibadah yang paling agung dan utama. Nabi Saw, “ Barang siapa mengucapakan (zikir) dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga menjadi pelindungannya dari setan pada hari itu sampai sore; dan tidak ada satupun yang lebih utama dari amalanya, kecuali orang yang beramal dengan amalan yang lebih banyak dari hal itu.” ( HR. Bukhari)
5.      Zikir menjadi sebab mendapatkan rahmat dari Allah dan permohonan ampunan dari para malaikat-Nya. Hal ini tertulis dalam firman Allah swt. pada surah Al-Ah-zab ayat 41-43.
6.      Banyak berzikir dapat menjauh kan seseorang dari kemunafikan karena orang munafik sangat sedikit berzikir kepada Allah. Hal ini tertulis dalam firman-Nya pada surah An-Nisa’ ayat 142
¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbqããÏ»sƒä ©!$# uqèdur öNßgããÏ»yz #sŒÎ)ur (#þqãB$s% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qãB$s% 4n<$|¡ä. tbrâä!#tム}¨$¨Z9$# Ÿwur šcrãä.õtƒ ©!$# žwÎ) WxŠÎ=s%  


”Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah yang menipu mereka. apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan  dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (ingin di puji) di hadapan manusia. dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.(Depag RI, 2006:101)

7.      Zikir adalah amalan yang paling baik, paling suci, dan paling tinggi derajatnya.
 Rasulullah saw. Bersabda:
ألا أنباكم بخير  أعمالكم وأزكاها عند ماليككم وأرفعها في درجاتكم وخيرلكم من اعطاء الذهب والفضة وأن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم قلوا وذلك ما هو يا رسول الله قل ذكر الله عز وجل .(رواه احمد)

“Inginkah kalian aku beritahu, amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian ?”Mereka menjawab,“Ya.’Lalu, rasulullah menjawab, “Zikrullah.” (HR. At-Tirmidzi).

8.      Zikir dapat menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, sedangkan cinta kepada Allah adalah sumber kebahagian, dan semua itu akan mudah tercapai jika kita selalu berzikir. barang siapa yang ingin dapat mencintai Allah dengan benar hendaklah memperbanyak zikrullah. Karena zikir merupakan pintu cinta kepada Allah.
9.      Zikir merupakan sarana untuk kembali kepada Allah yang akan membawa seseorang berserah diri kepada Allah.
10.  Zikir dapat menyebabkan seseorang dekat kepada Allah. semakin banyak seseorang mengigat Allah, ia akan semakin dekat kepada Allah swt. Semakin lalai seseorang dalam mengingatnya, ia akan semakin jauh dari Allah swt.
11.  Dengan berzikir, lidah seseorang akan terjaga dari ucapan-ucapan dosa, seperti gibah, memaki, berbohong, perkataan kotor, dan perkataan sis-sia. Orang yang sibuk berzikir akan selamat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Sebaliknya, lidah orang yang tidak dibiasakan berzikir akan terjerumus ke dalam ucapan yang tercela.
12.  Seseorang yang berzikir secara istiqomah (terus-menerus) akan selamat dari melupakan dirinya, yang menyebabkan kecelakaan dunia dan akhirat.
13.  Orang yang menyibukkan diri dengan berzikir akan mendapatkan karuania lebih banyak dari pada orang yang berdo’a.
Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan di dalam Al-Kafi dengan sanadnya dari Al-hasan dari Abdillah, Imam Jafar Shadiq, dia berkata,“sesungguhnya Allah swt. Berfirman didalam hadits qudsi, ‘barang siapa yang sibuk dengan berzikir kepada ku sehingga tidak sempat memohon  (suatu kebutuhan) kepada ku, niscaya aku akan berikan kepadanya apa yang lebih baik  dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang memohon kepada Ku’.” 

14.  Zikir adalah intisari ibadah.
Jika telah terbuka pintu zikir bagi seseorang, berarti telah terbuka baginya jalan memuji Allah. zikir merupakan sumber syukur; dan zikir merupakan obat penyakit hati.
15.  Zikir merupakan pintu makrifatullah.
16.  Zikir merupakan penyebab ingatnya seseorang kepada Allah. Apabila kita ingat kepada Allah, maka Allah pun akan ingat pada kita. (Ilham:2010:69)
      Berfirman dalam QS. Al-baqarah ayat 152 :
þÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur Í< Ÿwur Èbrãàÿõ3s?
Maka ingatlah kepada Ku, aku pun  akan ingat kepadamu. bersyukurlah kepada ku, dan janganlah kamu ingkar kepadaku.”(Depag RI, 2006:23).
                       

                        Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur’an, tujuan utama Allah manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada yang lain. QS. Adz Dzaariyat (51) : 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka beribadah kepada Ku.(Depag RI, 2006:523 )

Qs.Al Mukmin (40) : 65
uqèd Žysø9$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd çnqãã÷Š$$sù tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! šúïÏe$!$# 3 ßôJptø:$# ¬! Éb>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇÏÎÈ  
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan selainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepadanya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluluh Alam. (Depag RI, 2006: )


                        Tetapi, sebenarnya apa yang menjadi ruh ibadah itu? Ternyata, substansinya adalah zikir. Terjalinnya komunikasi dengan Allah. Ingat kepadaNya. Jadi, inti segala ibadah adalah zikir. Ingat kepada Allah sebagai salah satunya orentasi ibadah kita. Bahkan sebagai salah satunya tujuan hidup. Maka Allah mengajarkan kepada kita agar berzikir terus kepada Allah dalam segala situasi. (Mustofa, 2002:680)

     C.  Review Hasil Penelitian Terdahulu
       1. Dalam skripsi Asmawi (2004) yang berjudul fungsi zikir dalam pencapaian    
      tujuan pendidikan Islam (kajian analisis penghayatam Muhammad Arifin    
      Ilham).
                            Penelitian ini memfokuskan pada fungsi zikir atau meyebut nama Allah (kekuasaan Allah) sebagai bagian dari aktifitas sehari-hari seorang muslim. serta arahnya dalam pencapaian ketentraman jiwa yang dapat di rasakan muslim tersebut, dan tema pokok yang kedua membahas tentang tujuan pendidikan Islam. pada hakikatnya adalah tercapainya kebahagian di dunia dan di akhirat bagi tiap individu pemeluknya dengan tegaknya syariat Allah dimuka bumi. dalam dua pembahasan tersebut penulis mengolahnya dalam kajian analisis deskriptif, analisisnya diambil secara universal dengan berdasarkan data lapangan dan literatur yang memadai dan kemudian disentesiskan dalam sebuah formasi konklusi yang bersifat spesifik representatif.
       2. Sedangkan kepribadian seorang Muslim yang dikutip dari skripsi : Bulhayat  
           tahun 2003-2004 yang berjudul Humanisme pendidikan dalam pembentukan
           kepribadian muslim (analisis Filsafat pendidikan)
                              Pengertian kepribadian Muslim menurut konsepsi Islam. Untuk memperoleh kejelasan tentang konsep kepribadian muslim yang dimaksud, maka kita perlu meninjau terlebih dahulu teori-teori tentang kepribadian.
                   Kepribadian adalah hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak fakta yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab. Sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini, pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia itu.
                         Konsep tentang kepribadian secara defenitif banyak dikemukakan oleh    para tokoh antara lain:
1.      Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menetukan cara-cara yang unik (has) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.(Genungan, 1966 :26)
2.      Dalam pengertian yang lebih rinci, William Stern mengemukakan kepribadian  adalah suatu kesatuan, hanya yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus seseorang yang bebas menentukan dirinya sendiri. Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi ciri has kepribadian, yaitu : Pertama, kesatuan banyak yang terdiri atas unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang terendah. Kedua, bertujuan, untuk memperhatikan diri dan mengembangkan diri. Ketiga, individualitas, mendidik untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar. (Jalaluddin dan Umar Said, 1996 ; 90)
3.      Sedangkan Marimba mendefenisikan kepribadian sebagai kualitas keseluruhan seseorang yang terlihat dalam cara-caranya berbuat, berfikaran, mengajukan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya dan kepercayaanya. Pada garis besarnya menurut Marimba, aspek kepribadian itu digolongkan dalam aspek-aspek kejasmanian, asfek-aspek kejiawaan dan asfek-asfek kerohanian yang luhur.
                     Dari beberapa defenisi tentang kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya. baik itu tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian diri dan penyerahan diri kepada Allah. ( Marimba, 1974 : 68)







BAB III
PENGEMBANGAN TEORI
A. Pengertian Kepribadian Muslim
Kepribadian muslim berarti kepribadian orang Islam. Kata “Islam” seakar dengan kata al-salam, al-salm dan al-silm yang berarti menyerahkan diri, kepasrahan, ketundukan, kepatuhan; kata “al-silm” dan “al-salm” yang berarti damai dan aman; dan kata “al-salm,”  “al-salam“ dan “al-salamah” yang berarti bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun batin. Orang islam adalah orang yang menyerah, tunduk, patuh, dan melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih dari lahir maupun batin yang pada gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian di dunia dan di akhirat.
            Penyerahan diri sepenuh hati pada Dzat yang muthlak membawa kedamaian yang sejati, ibarat seorang pasien yang diliputi kepanikan, ketakutan dan kehampaan hidup, kemudian ia menyerahkan persoalannya pada psikiater maka ia akan mendapatkan kedamaian dan keselamatan. Perilaku individu yang menyebabkan kekacauan dan kekhawatiran sesungguhnya merupakan antitesis dari tujuan hakiki ajaran Islam, sekalipun ia orang muslim. (Mujib,2006:249-250).
Manusia selain sebagai individual being, social being atau moral being, juga sekaligus sebagai makhluk bertuhan. Dengan sadar atau tidak tiap manusia mengakui bahwa ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang hidup di dunia ini. Karena sebagai makhluk hasil ciptaan Tuhan, maka di dalam dirinya telah dianugerahi sesuatu oleh penciptanya. Adapun sesuatu yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan pribadi manusia itu sendiri yang dilengkapi dengan potensi-potensi essensinya sebagai manusia, antara lain: pikiran, perasaan, kemauan, anggota-anggota badan dan sebagainaya. Karena secara sempurna dan integral dianugerahkan Tuhan kepada manusia sesuai dengan misi yang dibawanya. (Zuhairini, 2008:197)
             Ciri-ciri kepribadian muslim merupakan suatu tanda-tanda yang khas untuk bisa dipakai dalam mengenal atau mengetahui bahwa yang demikian itu dinamakan kepribadian muslim. Menurut Umar Sulaiman Al Asqar (1994 : 22) ciri-ciri kepribadian muslim antara lain memiliki ; celupan didikan ketuhanan (sibghoh ilahiyah), bashiroh (kepekaan dan ketajaman jiwa), kekuatan, berpegang teguh pada kebenaran, mujahadah (bersungguh-sungguh), tetap tabah atas kebenaran,  kepuasan jiwa dan ketentraman hati, mengetahui tujuan hidup, dan kembali pada kebenaran.
             Dari uraian tentang ciri-ciri kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang muslim yang ideal itu adalah senantiasa memiliki karakteristik seperti yang diuraikan Umar Sulaiman Al Asqar. Dengan pribadi-pribadi yang memiliki konsep hidup yang jelas seorang muslim akan mampu tampil menjadi agen of change pada masa yang akan datang dengan membawa risalah tauhid.(http://www.membentuk kepribadian tangguh)

B. Kewajiban Seorang  Muslim
Manusia muslim merupakan manusia ritus dan ibadah, karena dia menyadari dan mengetahui bahwa alam sekitar diciptakan untuknya,  adapun dia tercipta untuk Allah semata, dengan demikian ia mengetahui tujuan hidupnya dan rahasia keberadaannya.
Beribadah kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, merupakan tujuan akhir dari segala tujuannya, maka untuknyalah ia tercipta dan karena ditundukkan untuknya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Sesungguhnya para makhluk itu sama lain saling melayani. Setiap jenis makhluk melayani makhluk yang lebih tinggi   kelas daripadanya, maka benda mati melayani tumbuhan, tumbuhan melayani hewan,  dan hewan melayani manusia lalu kepada siapakah  manusia melayani?
Manusia tidaklah diciptakan kecuali untuk melayani Robbnya dan Penciptanya yaitu untuk beribadah kepada-Nya dengan menyembah-Nya semata tanpa menyekutukan-Nya dengan seseorang atau sesuatu apapun dari makhluk-Nya di bumi ataupun di langit.
Ibadah untuk  yang pertama dilakukan, termanifestasikan dalam mendirikan ibadah-ibadah ritual (Syiar) yang besar yang diwajibkan Islam dan dijadikannya termasuk rukun Islam yang besar berupa shalat, puasa, zakat, haji kemudian apa yang menyempurnakannya dari zikir, doa, tilawah qur’an, tahlil dan takbir. (Al-Qaradhawi,2003:236-237)

C. Kepribadian Muslim yang Hakiki
Kepribadian muslim yang hakiki ialah sesuatu yang didamba-dambakan oleh orang-orang yang bertaqwa. Mereka mencurahkan sebagian besar usahanya untuk meraih hal itu dengan cara berserah diri (bertawakkal) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengharap rahmat-Nya, khawatir akan siksa-Nya, malu terhadapNya, cinta dan rindu kepada-Nya, bersyukur akan nikmat-nikmat-Nya, sabar menghadapi cobaan-cobaan-Nya, menerima takdir-Nya tetap taat kepada-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, serta bertobat kepada-Nya. Inilah yang oleh kalangan tasawuf  biasa disebut “ maqam
Beberapa nilai Rabbaniah dan maqam ruhiyah di atas, tak pelak, merupakan indikasi-indikasi keimanan dan sekaligus buahnya. Maka barangsiapa yang sudah sempurna keimanannya, niscaya nilai-nilai tersebut akan tertanam dan tertancap kuat dalam dirinya.
Namun yang disayangkan, kebanyakan generasi muda kebangkitan Islam dan pegiat dakwah cenderung lalai akan kepribadian muslim yang hakiki ini yang identitasnya  merupakan substansi dan inti agama, serta sebagian terpenting dari keimanan. Mereka lebih mementingkan perbuatan yang kasat mata, perbuatan yang dilakukan oleh anggota tubuh dan tampak dalam pandangan, terdengar oleh telinga, ataupun tersentuh oleh tangan. Hal ini memang penting, tapi relatif tidak disertai dengan perbuatan hati. Padahal, perbuatan ini merupakan pangkal keberuntungan di akhirat. Sebagaimana identifikasi Allah tentang orang-orang yang bertaqwa,
Di antara tujuan Al-Qur’an ialah mengajak untuk mensucikan jiwa manusia. Tidak ada keberuntungan  di dunia dan di akhirat kecuali dengan pensucian ini,
Jiwa dengan fitrahnya siap menerima kefasikan yang mengotorinya, sebagaimana kesiapannya untuk menerimaa ketaqwaan yang mensucikannya. Maka manusia dengan akal dan kehendak-Nya harus memilih salah satu di antara dua jalan ini, yaitu jalan pensucian taukah jalan pengotoran. Tidak dapat diragukan bahwa jika dia memilih jalan pensucian. (Mujib,2006:255-263)
1. Kepribadian  Muslim Syahadatain
Syahadatain berasal dari kata “syahida” yang berarti bersaksi, menghadiri, melihat, mengetahui, dan bersumpah. Istilah syahadatain kemudian dinishbatkan pada satu momen di mana individu mengucapkan dua kalimat syahadat dengan ucapan :
“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah”.

Kalimat syahadat terdiri dari atas dua kesaksian. Keyakinan pertama berkaitan dengan keyakinan tiada Tuhan selain Allah, sedang kesaksian kedua adalah mengenai Muhammad adalah utusan Allah. Kedua saksi ini tidak boleh diabaikan salah satunya, sebab jika diabaikan salah satunya maka menjadikan ketidakbermaknaan salah satunya. Bacaan tiada Tuhan selain Allah memiliki arti tiada Tuhan (ilah) selain Allah  yang ada (maujud) kecuali Allah. Syahadah pertama merupakan aktualisasi dari tauhid uluhiyyah (ketuhanan). Sedangkan syahadat Rasul memiliki arti bahwa nabi Muhammad Saw. merupakan utusan Allah penutup dan akhir.
Kepribadian syahadatain adalah merupakan kepribadian individu yang didapat setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya serta menyadari akan segala konsekwensi persaksiannya tersebut. Kepribadian syahadatain meliputi domain kognitif dengan pengucapan dua kalimat syahadat secara verbal; domain afektif dengan kesadaran hati yang tulus dan domain psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai konsekwensi dari persaksiannya itu. 
2. Kepribadian Muslim Mushalli
Kepribadian mushalli adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’, sehingga mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang tekun shalat memiliki kepribadian lebih saleh ketimbang orang yang tidak megerjakannaya sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.   
3. Seorang Muslim Shaim
     Kepribadian shaim adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketaqwaan, sehingga ia dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang mampu diri dari yang membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji, dan stabil ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya. 
4. Kepribadian Muslim Muzakki
            Muzakki adalah orang yang telah  mengeluarkan zakat. Zakat secara etimologi berarti berkembang (al-namw) dan bertambah (al-ziyadah), baik secara kuantitas maupun kualitas (keberkahan). Orang yang membayar zakat, hartanya cenderung bertambah bukan semakin berkurang.
Menurut istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kepada orang yang berhak menerimannya ketika mencapai batasnya (nishab). Dan kepribadian muzakki adalah kepribadian individu yang didapat setelah membayar zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan hikmah atas apa yang dilakukanya. 
Pengertian ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang membayar zakat memiliki kepandaian bergaul, dermawan, terbuka, berani berkurban, memiliki kepekaan social dan mudah menyesuaikan diri, sekalipun pada orang yang beda statusnya. 
5. Kepribadian Muslim Haji
        Haji adalah orang yang telah melaksanakan haji. Haji menurut etimologi berarti menyengaja (al-qashd) pada sesuatu yang diagungkan. Orang yang melaksanakan haji berarti hatinya selalu menuju pada Dzat Yang Maha Tinggi. Menurut istilah, haji adalah menyengaja pergi ke Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan syarat (Islam, baligh, berakal, merdeka, dan mampu), rukun (niat ihram dari miqat, wuquf di arafah, thawaf ifadhah, sa’i, cukur dan tertib) dan bermalam di Muzdalifah, menginap di Mina, melontar jumroh dan tawaf  wada) pada bulan yang ditentukan (Syawal, Dzu al-Qo’ah dan Dzu al-Hijjah).
       Kepribadian haji adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan haji yang semata-mata dilakukan karena Allah Swt. sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dilakukan. (Mujib, 2006:250-295)

D. Karakteristik Kepribadian Muslim Yang Beruntung
Seseorang yang beruntung seharusnya merasa puas dengan apa yang diberikan oleh Allah padanya, dan memutus beberapa harapan serta berpaling dari apa yang di tangan orang lain. Tidak menggebu-gebu dan besar  kecintaannya untuk bekerja hanya mencari harta semata, tanpa mengenal waktu dan tidak pula halal dan haram.  Bekerja mengais rizki untuk mencukupi yang tidak biasa dilepaskan begitu saja, yaitu kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat tinggal, hari demi hari atau bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun. Tidak menyibukkan hatinya untuk memenuhi kebutuhan melebihi batas maksimal. Apabila merindukan dan mendambakan yang lebih banyak atau memperpanjang angannya, maka dia tidak memiliki sifat qona’ah dan jiwanya terkotori oleh sifat rakus. Kerakusan itu akan mengotori dan menyeret dia mempunyai prilaku jahat dan berakhlak tercela, melakukan kemungkaran dan merobek kehormatan dan kemuliaan.  (Hasan,2004:238-239)
Sebagai insan yang sempurna yang memiliki keberuntungan pasti dia akan merasakan bahwa ada “sesuatu” yang menguasai alam ini. Ada keindahannya, ada kerapiannya, ada keajaibannya, yang menimbulkan kesan dan tanggapan  adanya faktor kebesaran yang dominan. Kesan ini selalu terasa mesikpun tidak dapat ditunjukkan di mana tempatnya. Kesan ini juga yang mengangkat akal kepada hasrat  untuk memujanya.
Di sini akan disebutkan beberapa pilihan orang-orang yang berakal, yaitu orang yang berakal sehat tentu akan memilih tujuh hal daripada tujuh hal yang lain:
1.      Orang yang berakal memilih fakir daripada kaya karena sesungguhnya fakir itu jelek menurut pandangan manusia tetapi indah menurut pandangan Allah.
2.      Orang yang berakal memilih supel bergaul daripada bersikaf ekslusif  karena bahwa orang mu’min yang suka bergaul dengan orang banyak serta sabar atas keburukan yang mereka lakukan adalah lebih baik daripada mu’min yang tidak suka bergaul dengan orang banyak dan ridak  sabar atas keburukan yang mereka lakukan
3.      Orang yang berakal memilih tawadhu’ daripada takabbur karena Allah akan meninggikan derajatnya.
4.      Orang yang berakal memilih lapar daripada kenyang karena Allah akan menerangkan hatinya.
5.      Orang yang berakal memilih sedih daripada gembira karena bersedih  merupakan kunci hati.
6.      Orang yang berakal memilih merendahkan diri daripada menonjolkan diri karena etika yang paling mulia adalah merendahkan diri.
7.      Orang yang berakal memilih mati daripada hidup. (Nawawi. 2005:206-207)
Sebagai muslim yang ingin menuju kejayaan, kemenangan serta keberuntungan harus menempuh jalan sebagai berikut :Pertama, Taqwa kepada Allah. Kedua, Mengatur jalan supaya dapat cepat sampai kepada Allah degan beribadah , beramal soleh dan doa. Ketiga, Berjihad bersungguh-sungguh atau bekerja keras mengatasi segala penghambat, perintang yang akan menghambatnya sampai kepada keridhoaan Allah. (Hamka, 2000:240)
Al-Qur’an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu, standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
a.      Salimul  Aqidah (Aqidah yang bersih). Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
b.      Shahihul Ibadah (ibadah yang benar). Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
c.       Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh). Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).
d.      Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani). Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun, jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
e.       Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir). Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu, Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)
f.        Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu). Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
g.      Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu). Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
   Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu, setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka, diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
h.      Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan). Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
              Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
i.        Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri).
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skills atau keterampilan.
j.         Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain). Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga di manapun dia berada, orang di sekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
               Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. (http:///.www.Kepribadian Muslim (Syaksiyyah Islamiyah) -- Oase Tarbiyah.htm)











BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
A.  Makna Zikir dalam Kepribadian          
                 Sebelum membahas mengenai apa itu zikir, terlebih dahulu dilihat dari definisi masing-masing, zikir ditinjau dari segi bahasa (Lughatan) atau etimologi, adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah. Menurut Syaikh Ahmad Fathani mengatakan zikir asal mulanya diartikan bersih (As-shafa), wadahnya adalah menyempurnakan (Al-wafa), dan syaratnya adalah hadir dihadiratnya (Hudhur), harapanya adalah amal shaleh, dan hasiatnya adalah terbukanya tirai rahasia atas kedekatanya kepada Allah SWT. (Nawawi, 2008 : 104)
                Zikir berasal dari pecahan kata dzakara, yadhkuru, dkiran. Dari kata tersebut secara bahasa (lughat) memiliki/muncul beberapa arti, seperti : mengatakan, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran dan seterusnya. (Mafa, 2009 : 18).
                 Zikir artinya mengingat (recollection). Adapun yang dimaksud disini adalah mengingat Allah, Tuhan pencipta alam. biasanya zikir dihubungkan dengan menyebut-nyebut nama Allah. Tetapi dalam artinya yang lebih umum, tindakan atau perbuatan apapun yang bisa mengingatkan kita kepada sang pencipta adalah zikir. Oleh karena itu, dalam  arti ini zikir bisa mengambil bentuk menyebut-nyebut nama Allah, tadabbur, dalam arti mengeksplorasi ciptaan tuhan, dan tafakkur, dalam arti merenungkan segala ciptaan, kebaikan dan keagungan Tuhan yang ditemukan di dalamnya, sejauh kegiatan-kegiatan tersebut bisa mengingatkan pelakunya kepada Allah. (Kartanegara, 2006 : 252).
     Semua gambaran yang diungkapkan oleh para ahli di atas intinya sama, bahwa zikir adalah ilmu mengingat Allah, yaitu memabasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian dan pengagungan kepada Allah Swt. Dalam pandangan al-Ghazali, zikir kepada Allah merupakan hiasan kaum sufi dan sebagai salah satu syarat bagi orang yang menempuh  jalan Allah, dengan zikir hati bisa menjadi tenang, sebab syarat utama dalam menempuh jalan Allah Swt adalah membersihkan hati secara menyeluruh dari selain Allah, menenggelamkan hati secara total dengan zikir kepada Allah dan fana (lebur) dengan Allah Swt.
       Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa zikir adalah suatu pengertian/pemahaman bahwa zikir adalah bentuk ucapan lisan, gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan oleh agama dalam rangka mendekatkan diri (mentaqarrubkan) kehadiran Allah Swt; upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah Swt. Dengan selalu inggat kepadanya; keluar dari suasana lupa, masuk kedalam suasana musyhadah (saling menyaksikan) dengan mata hati akibat didorong rasa cinta yang mendalam kepada Allah Swt. (Mafa, 2009 : 18).
     Ketika manusia mengenal dan mencintai Allah dari jalan zikir kepadanya saat melihat seluruh makhluknya, sesungguhnya kesinabungan keadaan ini adalah mustahab. Artinya, disunnahkan manusia  ingat kepada Allah saat melihat apapun dibantara makhluk-makhluknya. Dan ketika menghadapi kenikmatan apapun dibdiantara seluruh kenikmatannya, manusia  tidak lupa kepada Allah selamanya. (Dasteghib, 2009 : 255).
            Allah Swt  berfirman dalam QS. Al-Ah-Zab ayat 41-41,
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx. ÇÍÊÈ   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur 
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada  Allah, dengan mengingat (nama-Nya)sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang.(Depag RI, 2006:423 )

     Di dalam ayat di atas, zikir disebut terlebih dahulu daripada tasbih karena tasbih adalah salah satu jenis daripada zikir. Ini sebagaimana al-Quran menyatakan bahwa makna zikir adalah lebih umum dan lebih luas daripada tafkir (berfikir) karena zikirlah yang mendorong kepribadian seseorang agar memikirkan makhluk ciptaan Allah. (Abdul Manan dkk, 2009 :269).
   Zikrullah adalah kehidupan, karena kepribadian manusia adalah makhluk yang akan musnah, sedangkan Allah adalah Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Berhubungan dengan Allah berarti kita berhubungan dengan kehidupan hakiki.
Sungguh tepat ungkapan Nabi SAW :
مثل الذي يذكرالله والّذي لايذكرالله مثل الحِّي والميِّت
Maksudnya: Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berzikir kepada Allah adalah seperti perbandingan antara orang hidup dengan orang mati.

       Zikrullah adalah ibadah; seperti salat, puasa, haji, jihad pada jalan Allah. Zikrullah adalah keilkhlasan. Zikrullah adalah cinta kepada Allah. zikrullah juga mengandungi makna mengenal kehidupan kepribadian manusia dan segala cabarannya, mengenal ilmu pengetahuan dan hakikatnya. (http//:makna zikir kepada Allah.com).
      Tak ada lagi waktu yang memisahkan antara kita dan Allah swt. Waktu boleh mengikat jasmani kita untuk menjadi semakin tua. Tetapi kepribadian hati  dan jiwa kita tidak pernah lepas dari sang penguasa waktu. Bertasbihlah mengagungkan kebesarannya di waktu pagi dan petang hari.
    QS. Al- Fath (48) : 9

(#qãZÏB÷sçGÏj9 «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur çnrâÌhyèè?ur çnrãÏj%uqè?ur çnqßsÎm7|¡è@ur Zotò6ç/ ¸xϹr&ur
Agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasulNya, menguatkan agamaNya, membesarkanNya. Dan bertasbih kepadaNya diwaktu pagi dan petang.(Depag, 2006 : 511)

   
Demikian pula, tidak ada ruang yang bisa memisahkan kita dengan Allah. Allah begitu dekatnya dengan kita. Bahkan lebih dekat dari diri kita sendiri. Ia telah meliputi kita setiap saat, setiap waktu. Dan, di mana pun kita berada. Kemana pun kita menghadap, di situlah kita sedang berhadapan dengan wajah
Allah.
QS. Al-Baqarah (2) :15
ª!$# äÌöktJó¡o öNÍkÍ5 ÷LèeßJtƒur Îû öNÎgÏY»uŠøóèÛ tbqßgyJ÷ètƒ  
Allah akan memperolok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.(Depag, 2006 : 3)
                                                                                                   
                                   Yang tersisa, tinggalah kesadaran kita. Bisakah kita mempertahankan kesadaran kepribadian untuk ingat dan berzikir kepada  
Allah dalam seluruh ruang dan waktu yang kita lalui. Janganlah kita menjadi
makhluk yang memiliki kesadaran lebih rendah dari binatang, karena lalai
menginggat Allah. (Mustofa, 2006:246)

          Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Insan ayat 25-26,


Ìä.øŒ$#ur zNó$# y7În/u Zotõ3ç/ WxϹr&ur ÇËÎÈ   šÆÏBur È@ø©9$# ôßÚó$$sù ¼çms9 çmósÎm7yur Wxøs9 ¸xƒÈqsÛ  

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang, dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepadaNya dan bertasbihlah kepadanya pada bagian yang panjang di  malam hari.(Depag RI, 2006 : 579/580 )


                Rasulullah saw. Bersabda, “ perbanyaklah zikir kepada Allah di segenap keadaanmu. Karena tak ada suatu amal pun yang disukai Allah di segenap keadaanmu. Karena tak ada suatu amal pun yang lebih disukai Allah, tak pula yang lebih menyelamatkan bagi hamba dari segala sesuatu (bencana) di dunia dan di akhirat, selain zikir kepada Allah. “HR.Thabrani”.
                 Ringkasnya, zikir kepada Allah disetiap kenikmatan, yang sesungguhnya merupakan wasilah (perantara) bagi makrifah, kecintaan, dan iman kepadanya, adalah wajib. Adapun terus menerus dalam zikir pada setiap kenikmatan adalah mustahab dan membawa kedekatan kepadanya Allah Swt serta menjadi sarana dalam melihat manfaat atas kedudukan orang-orang yang bersyukur.(Dastehib, 2009 : 257)
                 Dengan demikian, jelas kita menginginkan bahwa dunia ini menjadi sebuah tempat yang lebih baik untuk beribadah kepada Allah Swt. zikir dapat membimbing seseorang untuk beraktifitas dengan hatinya, zikir akan mempersembahkan hati manusia sebagai tempat suci yang di dalamnya alam semesta, menjelma sebagai bukti-bukti kehadiran Allah, kapan saja dan di mana saja.

B.  Kontribusi Zikir Terhadap Pendidikan Islam
   
             Kalau kita lihat pengertian pendidikan Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam scara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “Insan kamil” dengan pola takwa Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena  takwanya kepada Allah Swt. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masayarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup  di dunia ini dan di akhirat nanti. (Daradjat, 2009 : 29).
              Pada hakikatnya  kehidupan mengadung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana peserta didik menyesuaikan diri dan menepatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan siapapun. (Ramayulis, 2008 : 17).                                 
               Zikir adalah suatu cara atau media komunikasi antara manusia dengan Allah yang di lakukan dengan lisan, hati ataupun dengan perbuatan dengan cara mensucikanNya (membaca tasbih), mengagungkanNya (membaca takbir), dan memujiNya (membaca hamdalah). Selain itu,  zikir juga meliputi doa dan shalat, karena di dalamnya terdapat unsur mengingat yang dominan.
              Fikir merupakan kegiatan akal atau otak manusia untuk merenungkan dan mempertimbangkan baik buruknya sesuatu yang timbul dalam hati, dan mencari makna atau hakikat di dalamnya. Dari proses tersebut manusia mampu menangkap fenomena yang di inderanya melalui panca indra dan mendapatkan pengetahuan.
             Ulul albab adalah orang-orang Islam yang mempunyai perilaku cendekia dan mempunyai komitmen terhadap ajaran Islam. Kecendekiaan dan kemuslimannya tercermin dalam kemampuannya mengamati, menafsirkan dan merespon lingkungan hidupnya dengan sikap kritis, obyektif dan analisis tanpa kehilangan rasa tanggungjawab dan kesadaran Islamnya. Ulul albab mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang kreatif, inovatif dan cemerlang serta mampu menghayati hubungan dengan tuhannya.
             Jadi kontribusi  zikir dan fikir dengan tujuan pendidikan Islam adalah bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi. Pada diri ulul albab terintegrasi visi keimanan, keilmuan, dan kemanusiaan dimana pembentukannya dibangun melalui proses pendidikan Islam.
             Muslim yang selalu mengedepankan zikir dan fikir (ulul albab), diyakini dapat dibentuk lewat proses pendidikan yang dipola sedemikian rupa. Pola pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan non dikotomik, yang tidak memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum.









BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Demikian skiripsi  penulis susun. Dari bahasan bab sebelumnya, kemungkinan masih ada permasalahan yang masih kurang di pahami, maka pada bab penutup ini, penulis akan menyimpulkan sebagai berikut.
1.    Konsep zikir dalam surat al-Ahzab ayat 41-42 adalah Allah Swt menyuruh hamba-hambanya yang mukmin agar memperbanyak zikir   dan  ingat kepada Tuhan Yang Maha suci yang telah memberikan mereka dengan  berbagai karunia dan bermacam-macam nikmat.
2.    Konsep zikir dalam kepribadian muslim adalah merupakan upaya untuk mengubah sikap ke arah kecendrungan pada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semua belajan dalam sautu proses yang panjang dan berkesinambungan. Di antara proses tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan Allah Swt.

3.             Saran-Saran
1.             Hendaknya seorang muslim di dalam setiap langkah kita untuk menuju ridho-Nya haruslah selalu memegang dan mengingat Allah swt  dengan zikir, melalui cara dan jalan yang telah ditentukan-Nya di manapun dan kapanpun kita berada. 
2.             Dalam kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya beribu-ribu dan berjuta-juta nikmat kepada kita sudah sewajarnya kita mensykurinya dengan menjadi kepribadian muslim yang selalu mengingat ketaqwaan agar selamat di dunia maupun di akhirat.













0 komentar:

Posting Komentar