Pages

Selasa, 10 Mei 2011

Bahasa Lisan dan Tulisan


Ini pertentangan yang sering terjadi. Ketika beralih ke dalam bahasa tulisan, kebanyakan kita ternyata hanya sekadar memindahkan tuturan-tuturan kita ke dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, kita sekadar mentranskrip tuturan kita.
Sekadar contoh, kebanyakan kita akan mengucapkan kuatir daripada khawatir. Ketika kita menulis, kita cenderung menuliskan kuatir daripada khawatir. Contoh lain, kita juga suka kata merubah daripada mengubah, suatu salah kaprah yang berawal dari kekeliruan proses morfologi. Kita juga sering menulis kotbah daripada khotbah. Atau ijin untuk izin. Dan masih banyak daftar yang bisa ditambahkan
Sebagai penulis, entah itu penulis surat, penulis kartu pos, penulis surat elektronik alias e-mail, maupun penulis blog, hal ini penting kita ketahui. Tentunya bukan sekadar menikmati alam kebebasan berekspresi saja. Bukan tidak mungkin bila suatu saat pemahaman akan hal ini akan membantu kita.
Hal pertama, tentu saja, sebagai bentuk pelatihan bahasa secara mandiri. Rajin melihat kamus, membandingkan bentuk baku dan bentuk nonbaku jelas akan meningkatkan kecermatan kita. Bentuk-bentuk bersaing dalam kamus biasanya diberi keterangan khusus dalam kamus. Bentuk nonbakunya biasa akan dirujuk ke bentuk baku.
Hal kedua, kita juga perlu sadar bahwa salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya yang terkesan lebih baku. Kalaupun tidak baku, setidaknya disampaikan dengan bahasa populer yang masih tidak amburadul.

0 komentar:

Posting Komentar