Pages

Rabu, 18 Mei 2011

POLA PENDIDIKAN ISLAM PERIODE DINASTI UMAYYAH

A. Pendahuluan

Selama kurang lebih 91 tahun dinasti umayyah berkuasa, pendidikan Islam mulai tumbuh dan berkembang seiring dengan perluasan wilayah kekuasaan umat Islam yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi politik pada saat itu. Perkembangan ilmu pengetahuan bukan hanya terbatas pada bidang keagamaan saja tetapi dalam bidang teknologi dan militer serta administrasi pemerintahan juga banyak yang telah direformasi.
Banyak jasa dan kemajuan dalam pembangunan yang telah diukir oleh masing-masing khalifah dinasti umayyah selama mereka berkuasa, diantaranya adalah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan, penertiban angkatan bersenjata dan mata uang, bahkan jabatan hakim (qadhi) menjadi profesi tersendiri. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan mendapat dukungan yang tingi dari masyaakat dan pemerintah.
Dalam makalah ini penulis mencoba mendiskripsikan bagaimana sejarah berdirinya dinasti umayyah, apa kemajuan yang dicapai dan apa yang mempengaruhi kemunduran serta pola pendidikan Islam yang dikemnagkan selama masa pemerintahan dinasti umayyah.
B. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Sebelum menjelaskan proses yang terjadi tentang berdirinya dinasti umayyah, penulis sekilas akan menjelaskan tentang pengambilalihan kekuasaan terlebih dahulu.
Sesudah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, maka berari habislah masa kepemimpinan khulafaur rasyidin. Oleh karena itu masyarakat Arab, Irak dan Iran mengangkat Hasan ibn Ali untuk menggantikan kedudukan ayahnya sehinga terjadilah pembaiatan oleh Qois ibn Saad dan diikuti oleh masyarakat Irak. Akan tetapi permasalahan timbuk karena pihak Muawiyah tidak setuju dengan pembaiatan tersebut maka Muawiyah mengirim tentara untuk menyerang kota Irak.
Dengan kebijaksanaan Hasan ibn Ali maka peperang tersebut tidak terjadi, hal ini dilakukan oleh Hasan agar pertumpahan darah yang lebih besar dalam umat Islam bisa dihindari, namun Hsan ibn Ali mengajukan syarat-syarat kepada Muawiyah diantaranya adalah :
  1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun dari penduduk Irak.
  2. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepad Hasan setiap tahun
  3. Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein sebanyak 2 juta dirham
  4. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan penduduk Irak
  5. Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pada bani Abdu Syam
  6. Jabatan khalifah sesudah Muawiyah harus diputuskan berdasarkan musyarwah di antara kaum muslimin.
Menurut Ajid Thohir bahwa dinasti umayyah mulai terbentuk ketika terjadi peristiwa tahkim dalam perang siffin, yaitu suatu perang yang bermaksud untuk menuntut balas atas kematian khalifah Utsman ibn Affan. Sebenarnya peprang tersebut akan dimenangkan oleh pendukung Ali ibn Abi Thalib tetapi melihat gelagat kekalahan Muawiyah segera mengajukan usul kepada pndukung Ali untuk kembali kepada hokum Allah. Dalam peristiwa inilah Ali telah tertipu oleh taktik dan siasat Muawiyah sehinga Ali kalah secara politis, oleh karena itu Muawiyah mendapat kesempatan untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah sekaligus raja.
Dengan demikian, secara resmi penerimaan Muawiyah ibn Abi Sofyan sebagai khalfah setelah Hasan ibn Ali mengundurkan dir dari jabatan khalifah yang mendapat dukungan dari kaum syi’ah dan telah dipegangnya beberapa bulan lamanya. Peristiwa kesepakatan antara Hasan ibn Ali dengan Muawiyah ibn Abi Sofyan lebih dikenal dengan peristiwa “Am al Jamaah” dan sekaligus menjadikan batas pemisah antara masa khulafaur rasyidin (632-661 M) dengan masa dinasti umayyah (661-750 M).
Walaupun dengan menggunakan berbagai cara dan strategi yang kurang baik yaitu dengan cara kekerasan, diplomasi dan tipu day serta tidak dengan pemilihan yang demokrasi Muawiyah tetap dianggap sebagai pendiri dinasti umayyah yang telah banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang baru dalam bidang politik, pemerintahan dan lain sebagainya
Menurut Maidir dan Firdaus, selama memerintah Muawiyah tidak mendapatkan kritikan oleh pemuka dan tokoh umat Islam, kecuali setelah ia mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota. Sebelum adanya peristiwa tersebut kondisi secara umum tetap stabil dan terkendali sehingga Muawiyah dapat melakukan beberapa usaha untuk memajukan pemerintahan dan perkembangan Islam.
Muawiyah yang menjadi khalifah pertama yang berkuasa dalam pemrintahan dinasti umayyah merubah sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Hal ini tercermin ketika suksesi kepemimpinan Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anaknya. Muawiyah bermaksud menerapkan monarchi yang ada di Persia dan Bizantium, walaupun dia tetap menggunakan istilah khalifah namun pelaksanaannya banyak interpretasi baru dalam jabatan tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Muawiyah adalah orang sangat berpengalaman dalam bidang politik dan mempunyai visi dan misi serta tujuan yang sangat jauh kedepan untuk kemajuan dinasti umayyah dan mat Islam umumnya
Para khalifah dinasti umayyah selurunya berjumlah 14 orang yang telah berkuasa mulai tahun 41- 132 H (661-750 M), mereka adalah :
  1. Muawiyah (41 H / 661 M)
  2. Yazid I (60 H / 680 M)
  3. Muawuyah II (64 H / 683 M)
  4. Marwan (64 H / 683 M)
  5. Abdul Malik (65 H / 685 M)
  6. Al Walid (86 H / 705 M)
  7. Sulaiman (96 H / 615 M)
  8. Umar bin Abdul Aziz (99 H / 717 M)
  9. Yazid II (101 H / 720 M)
  10. Hisyam (105 H /724 M)
  11. Al Walid II (125 H / 742 M)
  12. Yazid III (126 H / 744 M)
  13. Ibrahim (126 H / 744 M)
  14. Marwan II (132 H / 750 M).
Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti umayyah hanya beberapa khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al Malik ibn Marwan, Al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn abd al Malik.
F. Penutup
Dinasti umayyah merupakan sebuah periode yang sangat menentukan dalam peradaban Islam karena selama kurang lebih 91 tahun berkuasa sudah banyak kebijakan dan perubahan yang dilakukan oleh para khalifah sehingga kemajuan dan kemunduran dinasti umayyah menjadi pelajaran yang berharga bagi pemimpin-pemimpin Islam saat ini.
Sedangkan untuk pola pendidikan Islam memang masih sama dengan periode sebelumnya tetapi sudah ada reformasi yang dilakukan baik dari segi kurikulumnya maupun tata cara yang dilakukan oleh para pendidiknya. Hal yang penting kita tanggap dari uraian di atas adalah bahwa pendidik harus memperhatikan pserta didiknya dengan baik begitu juga orang tua harus punya perhatian yang besar terhadap masa depan anaknya sehingga pendidikan yang diselenggarakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

0 komentar:

Posting Komentar